Home · Facebook · Twitter · Google Plus · Email ·

'Don't Change The Winning Team' Tak Berlaku di Jagat TI


David Webster (ash/inet)
Las Vegas - Di dunia olahraga -- khususnya di sepakbola -- kerap kali didengar istilah 'don't change the winning team'. Pernyataan ini merujuk pada sebuah tim yang sudah terbukti menang atau sukses maka diyakini tak perlu melakukan perubahan.

Hanya saja beda dunia, beda realita. Di jagat teknologi informasi (TI) misalnya, sikap stagnan malah akan jadi bumerang, dan pelan-pelan justru bakal menenggelamkan perusahaan. Walaupun perusahaan tersebut di tahun sebelumnya sudah terbukti sukses.

Hal inilah yang diungkapkan David Webster, President EMC untuk kawasan Asia Pasifik dan Jepang. Webster memang tak lantas menyarankan perusahaan untuk mengganti seluruh SDM-nya agar dapat lebih kompetitif. Namun yang dimaksud di sini adalah, perusahaan diimbau untuk peka terhadap perubahan yang terjadi, dari sisi internal dan eksternal. Menurutnya, teknologi begitu dinamis dan memberikan efek domino yang sangat signifikan terhadap berbagai hal.

"Jika teknologi berubah maka otomatis pasar berubah, pola bisnis berubah, dan vendor yang bermain di bisnis ini juga harus berubah, termasuk EMC," kata Webster di hadapan sejumlah wartawan, termasuk detikINET, di event EMC World 2014 yang dihelat di Las Vegas, Amerika Serikat.

Webster menjelaskan, di dunia kerja saat ini telah muncul kaum millennial (juga dikenal sebagai pekerja baru). Mereka ini lahir di era mobile, menduduki posisi-posisi di korporasi, dan memiliki harapan tinggi kepada IT untuk memungkinkan melakukan bisnis sesuai dengan cepatnya kehidupan.

Otomatis, perubahan ini juga bakal terjadi di bisnis Asia Pasifik. Perubahan yang disoroti ada tiga hal, dari sisi consumer to consumer (C2C), business to consumer (B2C), serta business to business (B2B).

Perubahan itu yakni tentang bagaimana pelanggan berkomunikasi -- seperti menggunakan media sosial -- bagaimana cara karyawan bekerja (BYoD dan mobility), dan cara bisnis saling berkolaborasi.
"Banyak perusahaan memang pada tahun sebelumnya boleh saja mengalami pertumbuhan, namun Anda (perusahaan-red.) juga harus berubah mengikuti perkembangan zaman. Ini mengapa dalam EMC World kami mengambil tema 'Redefine'," papar Webster.

Platform Ketiga

Dari banyak aspek yang mempengaruhi industri, Webster menunjuk 4 isu yang dianggap bakal memegang peranan penting di masa depan sebagai platform ketiga. Yaitu perangkat mobile, media sosial, big data, dan cloud.

"Menurut riset, pada tahun 2020 akan ada 50 miliar perangkat yang terkoneksi, lebih dari 2,5 miliar pengguna ponsel di Asia Pasifik, lebih dari 500 juta tweet per hari, hampir 1 miliar pengguna sosial media aktif di Asia Pasifik, serta belanja e-commerce di Asia Pasifik akan tembus USD 1 triliun di tahun 2017," paparnya.

"Khusus untuk big data, menurut riset IDC, belanja big data di kawasan Asia Pasifik diprediksi akan mencapai USD 1,02 miliar di tahun 2014," Webster melanjutkan.

Dengan data-data yang terpapar di atas, perusahaan tentu diharapkan dapat lebih melihat bagaimana pola dan tren bisnis akan mengarah di masa depan. Untuk itu, kondisi yang sudah ada saat ini, mau tak mau, harus siap atau sudah saatnya berubah.

Termasuk juga dari sisi vendor penyedia layanan seperti EMC yang akan melakukan perubahan dengan tema 'redefine' dari sisi inovasi solusi, partner model, serta kekuatan Federasi yang dibangunnya bersama VMware, Pivotal dan RSA.
"Kami sekarang terus berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait dengan teknologi. Karena kami ingin membantu pelanggan melakukan redefining, maka kami juga harus berubah tentang cara kami melihat proses bisnis ini," pungkas Webster.

Khusus soal Federasi yang digawangi EMC, Joergen Jakobsen selaku Vice President Channel Operations EMC Asia Pacifik dan Jepang menambahkan, jika dulu EMC dan vendor anggota Federasi berjalan sendiri-sendiri untuk menawarkan solusi ke pelanggan. Namun kini mereka saling melengkapi, tapi tetap semua dikembalikan lagi ke pelanggan.

"Perubahan yang dilakukan oleh EMC juga terjadi dari cara berkolaborasi dengan para partner sampai akhirnya memberikan solusi ke pelanggan," kata Jakobsen.

"Kalau dulu, pihak yang terkait adalah vendor-distributor-consumer. Tapi kini ketika ada pelanggan, maka EMC bisa saja menggandeng partner lainnya untuk menawarkan aplikasi untuk mengoptimalkan solusi yang ingin dibangun," tandasnya.